Sabtu, 08 September 2012

SIFAT KEPITING

Sifat Kepiting Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki. Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat. Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat. Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri. Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting. Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar. Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar. Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu. Begitu pula dalam kehidupan ini… tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu. Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener. Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri. Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya. Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini. Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’: 1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak 2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan 3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri. Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya… Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

Belajar dari Sebuah Kepompong

Belajar dari sebuah Kepompong 
Hidup memanglah penuh dengan perjuangan. Jika anda ingin berhasil dan menjadi manusia sukses maka anda pun harus melalui sebuah proses yang terkadang menyakitkan jika dirasakan. Janganlah menjadi seperti anak manja yang selalu ingin dibantu dan dilayani oleh orang tua kita. Karena hal itu sangatlah tidak baik untuk membentuk karakter dan jiwa kita dalam menghadapi kerasnya kehidupan ini. Pada artikel ini saya akan mencoba menceritakan ulang tentang sebuah kisah yang sungguh sangat inspiratif untuk kita renungkan. Cerita ini berasal dari buku yang sangat menarik dan sudah lama saya beli, tetapi baru sempat saya baca beberapa waktu yang lalu, buku tersebut berjudul,”setengah isi setengah kosong” karya parlindungan marpaung. Berikut adalah kutipannya: Seorang anak sedang bermain dan menemukan kepompong kupu-kupu di sebuah dahan yang rendah. Diambilnya kepompong tersebut dan tampak ada lubang kecil disana. Anak itu tertegun mengamati lubang kecil tersebut karena terlihat ada seekor kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar membebaskan diri melalui lubang tersebut. Lalu tampaklah kupu-kupu itu berhenti mencoba, dia kelihatan sudah berusaha semampunya dan nampaknya sia-sia untuk keluar melalui lubang kecil di ujung kempompongnya. Melihat fenomena itu, si anak menjadi iba dan mengambil keputusan untuk membantu si kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Dia pun mengambil gunting lalu mulai membuka badan kepompong dengan guntingnya agar kupu-kupu bisa keluar dan terbang dengan leluasa. Begitu kepompong terbuka, kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya. Akan tetapi, ia masih memiliki tubuh gembung dan kecil. Sayap-sayapnya nampak masih berkerut. Anak itu pun mulai mengamatinya lagi dengan seksama sambil berharap agar sayap kupu-kupu tersebut berkembang sehingga bisa membawa si kupu-kupu mungil terbang menuju bunga-bunga yang ada di taman. Harapan tinggal harapan, apa yang ditunggu-tunggu si anak tidak kunjung tiba. Kupu-kupu tersebut terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap yang masih berkerut serta tidak berkembang dengan sempurna. Kupu-kupu itu akhirnya tidak mampu terbang seumur hidupnya. Si anak rupanya tidak mengerti bahwa kupu-kupu perlu berjuang dengan usahanya sendiri untuk membebaskan diri dari kepompongnya. Lubang kecil yang perlu dilalui akan memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu masuk ke dalam sayap-sayapnya sehingga dia akan siap terbang dan memperoleh kebebasan.

Jumat, 07 September 2012

Langkah Langkah Penelituan

LANGKAH-LANGKAH PENELTIAN Dulu kalau kita mendengar penelitian, orang sering membayangkan suatu kesibukan di laboratorium dan penelitian kerap kali menjadi kegiatan yang dimonopoli para ahli. tapi sangat disayangkan kalau anggapan itu menimpa para mahasiswa, mereka lupa kalau semua orang harus meneliti, karena hanya dengan penelitian ilmu dapat dikembangkan secara ilmiah. kita tentunya sudah memahami tentang metode ilmiah dan penelitian ilmiah. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa penelitian ilmiah berusaha untuk menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan selalu melakukan penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang. Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan. Membangun sebuah bibliografi. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi. Mengatur data untuk persentase dan penampilan. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki). Menulis laporan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) memberikan 5 langkah berikut: 1. Tentukan judul Judul dinyatakan secara singkat. 2. Pemilihan masalah Dalam pemilihan masalah ini harus: Nyatakan apa yang disarankan oleh judul. Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum. Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal- hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti. 3. Pemecahan masalah. Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut: Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah. Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat. Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan. Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah. Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian. 4. Kesimpulan Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi. 5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya. 5.2. Mengadakan studi kepustakaan Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan. 5.3. Memformulasikan hipotesa Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji. 5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia. Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti. 5.5. Mengumpulkan data Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya. 5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut. 5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak. 5.8. Membuat laporan ilmiah Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri. Sedangkan menurut Suryabrata (1989) langka-langka penelitian meliputi 11 langkah, yaitu : 1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian Masalah penelitian dapat bersumber dari : a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian b. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah c. Pernyataan pemegang otoritas d. Pengamatan selintas e. Pengalaman pribadi f. Perasaan intuitif 1.2 Pemilihan masalah penelitian Dalam memilih masalah penelitian ada 2 hal yang perlu dijadikan pertimbangan yaitu : a. Pertimbangan dari arah masalahnya b. Pertimbangan dari arah calon peneliti 1. 3 Perumusan masalah penelitian a. Perumusan hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya b. Rumusan hendaklah padat dan jelas c. Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu. 2. Penelaahan Kepustakaan a. Penelaahan sumber-sumber yang berupa buku b. Pemilihan berdasarkan pada prinsip: 1. Relevansi 2. Kemutakhiran ( kecuali studi sejarah ) c. Penelaahan sumber-sumber yang berupa laporan hasil penelitian. Penilikan berdasarkan atas prinsip : 1. Relevansi 2. Kemutakhiran 3. Bobot 3. Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis hendaklah mempertimbangkan: a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan. c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data menguji kebenaran hipotesis itu. 4. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel a. Mengidentifikasi variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti b. Mengklarifikasi variabel Berdasarkan proses kauantifikasinya, variabel digolongkan menjadi: 1. Variabel nominal 2. Variabel ordinal 3. Variabel interval 4. Variabel rasio Berdasarkan atas fungsinya dalam penelitian variabel dibedakan menjadi: 1. Variabel tergantung 2. Variabel bebas 3. Variabel moderator 4. Variabel kendali 5. Variabel rambang c. Merumuskan definisi operasional variabel-variabel Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi) 1. Yang berdasar atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan itu terjadi 2. Yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya (seringkali menunjuk kepada alat pengambil datanya) 5. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data Alat pengambil data harus memenuhi syarat-syarat: 1. Validitas 2. Reliabilitas 6. Penyusunan rancangan penelitian 7. Penentuan sampel 8. Pengumpulan data 9. Pengolahan dan analisis data 10. Interpretasi hasil analisis 11. Penyusunan laporan Dari beberapa pendapat para pakar yang telah disebutkan di atas dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dibagi dalam empat fase/tahap kegiatan, yaitu : 1. Persiapan 2. Pengumpulan data/informasi 3. Pengolahan data/informasi 4. Penulisan laporan penelitian Pada intinya langkah-langkah penelitian sama dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Bagi penelitian remaja atau penelitian yang dilakukan oleh siswa SLTP dan SLTA dapat digunakan langkah-langkah penelitian sebagai berikut : 1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian Yaitu menetapkan masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa obyeknya. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian ( research question), yaitu pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan yang memuaskan berdaarkan teori (hokum/dalil) yang ada. Ada beberapa hal yang diperlukan dalam menemukan suatu masalah pada suatu kegiatan, yaitu mengamati apakah yang seharusnya terjadi memang terjadi seperti yang dimaksud ataukah tidak; apakah terdapat pandangan, pendapat atau sikap yang berbeda terhadap hal yang sama; dan memperkirakan apakah yang akan timbul sebagai akibat sekiranya proses yang biasa itu diubah, ditiadakan atau diganti. 2. Telaah Kepustakaan Penelitian dimulai dengan penelusuran/telaah pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan. 3. Merumuskan hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat sementara yang dianggap benar sebelum dapat diuji kebenarannya, karena itu hipotesis perlu dirumuskan secara teliti, terinci dan baik sebab bukan tidak mungkin hipotesis yang dituliskan merupakan jawaban yang sebenarnya terhadap permasalahan penelitian. Merumuskan hipotesis yang baik sangat berguna untuk menjelaskan masalah, petunjukpemilihan metodologi yang tepat dan menyusun langkah dan pembuktian penelitian. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah, logis tumbuh dari atau ada hubungannya dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang dijelajahi oleh peneliti remaja; jelas, sederhana, dan terbatas; dan dapat diuji. Kegagalan merumuskan hipotesis yang baik akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris (pengalaman pengamatan). 3.1 Rumusan Hipotesis Ada beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis, diantaranya adalah : a) Hipotesis dirumuskan dalam kalimat berita, bukan dalam kalimat tanya. b) Hipotesis harus jelas tidak bermakna ganda. c) Hipotesis dirumuskan secara opreasional sehingga memudahkan pengujiannya. Misalnya, hipotesis yang berbunyi : “ Laku penampilan guru yag baik berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa” kurang operasional dibandingkan misalnya “ Sikap guru yang demokratis akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa “. 3.2 Macam-Macam Hipotesis Macam-macam hipotesis yang sering dijumpai adalah : a) Hipotesis Deskriptif Hipotesis “lukisan”, menunjukkan dugaan sementara bagaimana (how) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variable-variabel itu terjadi. Hipotesis ini menggambarkan karakteristik suatu sample menurut variable tertentu. Contoh : Proporsi mahasiswa yang kaya hasrat untuk maju yang menyusun tesis bermutu lebih banyak daripada yang miskin hasrat untuk maju. b) Hipotesis Argumentasi Hipitesis “penjelasan” , menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variable-variabel itu terjadi. Hipotesis ini merupakan pernyataan sementara yang diatur secara sistematis sehingga salah satu pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan yang lainnya (antiseden). c) Hipotesis Kerja Merupakan hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-akibat dari suatu variable yang menjadi penyebabnya. Jadi hipotesis ini menjelaskan suatu ramalan bahwa jika suatu variable berubah maka variable tertentu akan berubah pula. Rumusan Hipotesis Kerja ( H1 ) : (1) Jika………….., maka……………….. Contoh : H1 : Jika orang banyak makan, maka berat badanya akan naik (2) Ada perbedaan antara……….. dan ………………. Contoh : H1 : Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian. d) Hipotesis Nol / Hipotesis Statistik Hipotesis statistic bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil/teori dengan perangkat statistic/matematik, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Hipotesis nol kebalikan dari hipotesis kerja. Rumusan hipotesis nol ( H0 ) : (1) Tidak ada perbedaan antara ……………. dengan ………………… Contoh : H0 : Tidak ada perbedaan antara siswa tingkat I dengan iswa tingkat II dalam disiplin belajar. (2) Tidak ada pengaruh ……………… terhadap …………………. Contoh : H0 : Tidak ada pengaruh jarak rumah ke sekolah terhadap kerajinan siswa berangkat ke sekolah 4. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel Variabel penelitian adalah faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi ( H. Purwo Sutanto & Yuli Pratomo Akhadi : 2007). Peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian. Misalnya, apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi obyek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian. Ada beberapa jenis variabel yang dipakai dalam penelitian, yaitu antara lain : a. Variabel Variabel Bebas atau Variabel Penyebab (Independent Variable), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain atau diduga sebagai penyebab timbulnya variabel yang lain. Variabel bebas disebut juga variabel X. b. Variabel Tergantung atau Variabel Terikat (Dependen Variable), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat disebut juga variabel Y. Dalam contoh penelitian di atas susu merupakan variabel bebas ( X )dan berat badan merupakan variabel terikat ( Y ). c. Variabel Moderator, yaitu variabel-variabel atau factor-faktor lain yang mempengaruhi jalanya penelitian. d. Variabel Kontrol, yaitu variabel yang dikontrol oleh peneliti untuk menetralkan pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Misalnya, jika peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas X SMK yang diajar dengan strategi problem solving dengan siswa yang diajar dengan metode latihan ? Maka yang dijadikan sebagai variabel moderator misalnya adalah sarana belajar mengajar, kemampuan dasar siswa, latar belakang siswa, lingkungan belajar siswa, dan lain-lain. Sedangkan variabel kontrolnya berupa siswa kelas X SMK yang tidak diajar dengan metode problem solving maupun metode latihan. 5. Merumuskan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel tidak menjelaskan definisi variabel secara istilah seperti dalam kamus, tetapi menjelaskan definisi atau pengertian variabel yang dikehendaki oleh peneliti. Misalnya, jika ada variabel hasil belajar siswa maka definisi operasional variabel yang dikehendaki peneliti adalah skor tes harian siswa, skor tes semester siswa dan lain-lain. 6. Menetapkan Rancangan Penelitian / Desain Penelitian Apakah desain eksperimen itu ? Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang diperlukan atau berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas. Desain penelitian atau rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian. 7. Menetapkan Populasi dan Sampel Populasi didefinisikan sebagai himpunan atau kelompok (yang lengkap atau sempurna) dari semua unit penelitian yang mungkin. Jumlah populasi dapat diketahui ataupun tidak dapat diketahui. Jadi populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Obyek penelitian terdiri dari unit-unit penelitian. Unit penelitian dapt berupa orang (individu), rumah tangga, kelompok, organisasi,lembaga dan lain-lain. Populasi dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Populasi Target adalah populasi yang merupakan sumber informasi representative yang diinginkan. b. Populasi Contoh atau Populasi Sampel ( populasi Penelitian) adalah populasi dari mana suatu contoh atau sampel benar-benar diambil. Misalnya, seorang peneliti ingin mempelajari kependudukan di Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil sampel di tiga kabupaten/kota di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes. Dalam hal ini, penduduk Jawa Tengah populasi target dan penduduk di tiga kabupaten/kota merupakan populasi sampel. Sampel atau contoh adalah anggota populasi yang dianggap dapat mewakili obyek penelitian. 8. Menentikan Alat Pengambil Data atau Instrument Penelitian 9. Pengumpulan Data 10. Pengolahan dan Analisis Data 11. Menulis Laporan Penelitian Pustaka Wiratha, I Made. 2005. Pedoman Penulisan : Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Nasution, S. 2006. Metode Risearch. Cetakan 8. Jakarta : Bumi Aksara. Arifin, E. Zaenal. 1987. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan 8. Jakarta: PT Gramedia. Sutrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi. Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama Widya. Djuharie, O. Setiawan. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis: Resensi, Laporan Buku, skripsi, Tesis, Artikel, Makalah, Berita, Essei, Dll. Bandung. Yrama Widya. Sutano, H. Purwo dan Yuli Pratomo Akhadi. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah aliyah Kejuruan ( MAK). Klaten: Saka Mitra Kompetensi. A. Nashrudin, S.IP, M,Si . 2008. Apakah yang Dimaksud Metode Ilmiah. http://dossuwanda.wordpress.com/. - 2008. ” Kerja Ilmiah ”. http://sma-pgri-cianjur.blogspot.com/. Rusdi, Ibnu. 2008. ” Pengertian Penelitian.” http://ibnurusdi.wordpress.com/ Supardi. 2008. ” Penelitian Eksperimen 2: Penelitian Eksperimen Bagian II ”. http://mariacholifah.blogspot.com/2008/03/penelitian-eksperimen_30.html
KIAT MENYUSUN KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN OLEH : Muhammad Ashar Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut (Polancik, 2009). Pada tesis, kerangka pemikiran biasanya diletakkan di bab 2, setelah sub bab tentang Tinjauan Studi (Related Research) dan Tinjauan Pustaka. Penamaan kerangka pemikiran bervariasi, kadang disebut juga dengan kerangka konsep, kerangka teoritis atau model teoritis (theoritical model). Seperti namanya yang beraneka ragam, bentuk diagram kerangka pemikiran juga bervariasi. Saya pernah membahas contoh kerangka pemikiran untuk penelitian dengan model pengembangan software di artikel ini. Pada artikel kali ini, saya coba sajikan beberapa model kerangka pemikiran yang bisa digunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan penelitian tesis. MODEL PENELITIAN KORELASI Gaya kerangka pemikiran penelitian yang biasa digunakan untuk model penelitian korelasi, di mana ada variabel bebas dan variabel terikat. Gregor Polančič (Polancik, 2009) memberikan contoh yang menarik sebuah kerangka pemikiran penelitian untuk model ini. Pertanyaan penelitian (research question) atau rumusan masalah pada penelitian yang dibahas (Polancik, 2009) adalah “Bagaimana pengaruh metodologi pengembangan software dan jumlah pengembang dalam tim, pada produktifitas pengembang?“. Yang dalam bahasa inggrisnya: “How does software development methodology and team size influences developers productivity?” Komponen utama pada kerangka pemikiran yang dikembangkan Gregor Polančič (Polancik, 2009) adalah Independent Variables (variabel bebas), Dependent Variables (variabel terikat), Levels (indikator dari variabel bebas yang akan diobservasi), Measures (indikator dari variabel terikat yang akan diobservasi). Kerangka pemikiran di bawah menggambarkan alur logika penelitian dan hubungan antar konsep yang ingin diteliti. Judul yang tepat untuk penelitian ini adalah “Pengaruh metodologi pengembangan software dan jumlah pengembang dalam tim pada produktifitas pengembang. Dapat kita lihat bahwa kerangka pemikiran menggambarkan dengan jelas semua variabel beserta indikatornya (Levels), hingga alat ukur yang digunakan (Measurements) untuk menunjukkan ada atau tidaknya korelasi antar variabel yang ingin diteliti. Dan yang paling penting, baik dalam posisi sebagai peneliti, pembimbing ataupun penguji, kita bisa memahami gambaran besar penelitian ini dengan hanya sekali pandang. Pada penelitian ini, dua variabel bebas, yaitu metodologi pengembangan software (yang diwakili oleh OSSD, RUP dan XP), dan jumlah pengembang dalam tim (yang ukurannya adalah jumlah orang), akan dilihat apakah memiliki korelasi dengan variable terikat, yaitu tingkat produktifitas pengembang (yang ukurannya adalah jumlah baris code yang dihasilkan tiap developer tiap harinya). MODEL PENELITIAN PERBAIKAN METODE Kerangka pemikiran yang berikutnya adalah bila model penelitian kita adalah method improvement (perbaikan metode), yang sering digunakan pada penelitian di bidang sains dan teknik, termasuk bidang computing didalamnya. Kenapa kok harus melakukan method improvement? Ini dijawab dengan baik oleh (Berndtsson et al., 2008) dan (Dawson, 2009) di buku mereka, bahwa memang research itu adalah aktifitas yang dilakukan dalam rangka memberi kontribusi yang orisinil ke pengetahuan. Dalam hal ini ketika kita memperbaiki sebuah metode atau algoritma, perbaikan yang kita lakukan adalah salah satu bentuk dari kontribusi orisinil kita ke pengetahuan. Saya mencoba menyusun sebuah kerangka pemikiran khusus untuk model penelitian perbaikan metode, berdasarkan model (Polancik, 2007) yang sudah saya jelaskan di atas. Komponen dari model kerangka pemikiran saya adalah Indicators, Proposed Method, Objectives, dan Measurements. Sebagai contoh, saya akan mencoba menerapkan kerangka pemikiran yang saya desain pada paper penelitian berjudul “Prediksi Produksi Padi dengan menggunakan Support Vector Machine berbasis Particle Swarm Optimization” yang ditulis oleh (Fei et al., 2009). Sebagai catatan, pada artikel sebelumnya saya juga menggunakan paper yang sama untuk memberi contoh tentang Kiat Menyusun Alur Latar Belakang Masalah Penelitian. Kerangka pemikiran untuk penelitian (Fei et al., 2009) ini adalah seperti pada gambar di bawah. Pada penelitian ini, data set yang digunakan adalah data set Chinese Grain yang bersifat rentet waktu (time series), yang sifatnya public dataset dan bisa didapat dari UCI repository. Sedangkan metode yang diusulkan (Proposed Method) adalah menggunakan metode support vector machine, di mana pada proses pemilihan (optimisasi) parameternya dibantu oleh algoritma particle swarm optimization. Indikator (Indicators) yang diobservasi (diadjust atau dioprek) adalah nilai population dan generation pada particle swarm optimization, serta kernel type dan iteration pada support vector machine. Tujuan (Objectives) pada penelitian ini adalah adanya peningkatan akurasi pada model, dimana pengukuran peningkatan akurasi (Measurements) akan menggunakan root mean squared error (RMSE). Sebagai catatan, metode yang diusulkan (proposed method) yang ada di kerangka pemikiran ini adalah gambaran besarnya saja. Nantinya gambaran besar metode yang diusulkan ini, harus dijelaskan secara lebih detail dalam bentuk alur algoritma dengan ditambahi penjelasan matemathical model (formula) dari algoritma atau metode baru yang diusulkan. Contoh penelitian lain yang bisa disusun dengan menggunakan kerangka pemikiran ini adalah penelitian di bawah ini. Coba direnungkan, kira-kira apa yang bisa kita pahami dari kerangka penelitian di bawah ini? Mudah-mudahan artikel ini bisa memberi pencerahan paling tidak ke mahasiswa bimbingan saya dan juga mahasiswa lain yang sedang menyusun tesis atau skripsi. Dan sekali lagi, silakan bergabung ke grup penelitian saya di facebook Intelligent Systems Research Center, apabila ada yang perlu saya jelaskan lebih jauh. Paper (Fei et al., 2009) juga bisa didownload di halaman grup tersebut. Dan khusus untuk mahasiswa yang tidak bisa ketemu saya di darat tapi ingin mengikuti mata kuliah yang saya ajar, silakan mendownload dan membaca semua materi kuliah saya yang tersedia di halaman Lectures. Tetap dalam perdjoeangan! REFERENSI Gregor Polančič, Empirical Research Method Poster, 2007 Christian W. Dawson, Project in Computing and Information System a Student Guide 2nd Edition, Addison-Wesley, 2009 Mikael Berndtsson, Jörgen Hansson, Björn Olsson, Björn Lundell, Thesis Projects – A Guide for Students in Computer Science and Information System 2nd Edition, Springer-Verlag London Limited, 2008 Sheng-Wei Fei, Yu-Bin Miao and Cheng-Liang Liu, Chinese Grain Production Forecasting Method Based on Particle Swarm Optimization-based Support Vector Machine, Recent Patents on Engineering 2009, 3, 8-12

The Problem of Education

The Problem of Education There must be a perfect balance in everyone's life between pravritti and nivritti. Whenever this balance is disturbed, difficulties arise. Mere pravritti drives a man crazy. Resulting in excessive expenditure of energy, it turns out to be a bane instead of a boon. Likewise, mere nivritti also renders a man's life useless. What is needed is a real balance between activity and inactivity, contemplation and non-contemplation, thinking and non-thinking, doubtfulness and non-doubtfulness, memory and forgetfulness, and language and silence. The physical needs of man dictate that he study and master different subjects with a view to satisfying those needs. This has naturally led people to believe that knowing things, helpful in satisfying physical needs, is all that there is in education. Knowing something about one's own self has yet not come to be recognized as an essential part of education. No lasting change has ever been brought about through preaching, for language and ideas have their own limitations. They can at best touch the surface of our being; they cannot affect us profoundly. Tranquillity and steadiness of mind are the first step to progress and transformation. A precondition for the opening of the route to inner transformation is the development of a consciousness free from memory, imagination and thinking. Modern education concentrates all its attention on sharpening of our wit and intellect, ignoring the mind. Mere intelligence cannot achieve anything much, for all aberrations and evils originate in the mind. In order to get rid of them it is essential to educate or train the mind. But today's education rules this out since it has no provision at any stage for training the mind. This is its major shortcoming. No student is ever made aware of his infinite inner potential. He never comes to realize the presence of an inner strength which far surpasses mere physical strength. In fact, the modern student is blissfully unaware of his vital life-force. Today's education has nothing in it to train and rouse this life-force. Enfeebling of the vital life-force gives rise to a myriad problems. Uncurbed indulgence and uncontrolled and indisciplined thoughts have made people literally crazy. Lust dissipates human energy, and wasteful expenditure of energy inevitably leads to restlessness, loss of sanity and mental confusion. The greater the waste of energy, the more the loss of peace of mind. Similarly, violence has made man cruel and mad. Attachment to and accumulation of worldly goods are draining vital energy. It is conveniently forgotten that anything that disturbs the balance of mind also, to that extent, wastes the vital energy. Likewise, a propensity for extreme likes and dislikes also has the same effect. A sense of poise and balance is the sweet recipe for energizing the life-force. The main aim of education should be to enable the learners to develop a mind which is balanced, restful and completely unruffled and still. Modem education turns out competent scientists, engineers, doctors and other specialists. However, their professional expertise does not rid them of the propensity for fighting, condemning and feeling jealous. Driven to despair, these people can even commit suicide. Mere sharpening of the intellect without inculcating the habit of having a balanced attitude and mind is at best a very limited form of education. It is instructive to note that one of the great qualities of life - tolerance, which is a major source of strength, is possible only in a climate of Independence born of a successful encounter with hardships and sufferings. Tolerance is best cultivated through the Science of Living, and never through the study of the various academic subjects. Whatever be the content and extent of formal schooling, tolerance and mental poise can never result from them. The Science of Living, on the other hand, activates the inner potential of the learner and brings about an overall and balanced development of his personality. This science has been so far grossly neglected. Inevitably, therefore, the products of our educational system betray a complete lack of patience, tolerance and will-power and succumb to the slightest adversity in life. Occult scientists have revealed the fact that man cannot develop a transparent vision, until he succeeds in converting special centres, within the body into an electromagnetic field. All this is possible through the practice of tolerance, equanimity, fasting and breath-control, since such practice makes the atoms of the body electromagnetic fields which are intrinsically transparent. The Science of Living educates the mind, the speech and the body alike. Educating the body means developing competence to sit in the same posture for a prolonged period. Educating the speech means not having any propensity to speak even though there may be many compulsive Inner urges to do so. Similarly, educating mind means being free from unbridled memory, imagination and thinking. In fact, what is being said is that there is a compulsive need for striking a balance between external knowledge and internal being. Both are real; both are necessary. To integrate them and to bring about their creative union is the Science of Living. Modem education is object-oriented. It concentrates on the object - that which is to be known; it does not concentrate on the subject - the knower. Thus we know so much about the external world but very little about ourselves. It is like recognizing the image or the reflection and ignoring the real object. It is on this point that modem education can be faulted. It ignores the knower. One of the most keenly felt needs today is for discipline. Whereas education remains confined to the reaches of the intellect, discipline comes from far beyond them. They represent, as it were, two opposite banks of the river. Every individual has two polarities, two river banks - those of intellection and discipline. Between these two flows the stream of life. It surprises many to see the educated people resorting to anger, dishonesty, theft and oppression. In reality, there is nothing unnatural about it. Education has quickened the intellect which enables people to argue and to reason and these make him selfish and deceptive. Paradoxically, the tendency to serve one's own needs even by practising deception on another, is a direct result of one-sided Intellectual development. Quite naturally, therefore, one finds intellectuals, scholars and judges falling a prey to the above evils, traders indulging in smuggling and adulteration and government employees accepting hush money and bribes. Within the framework of the social mores warranted by their education such aberrations are not treated as objectionable. The utilitarian principle (something akin to pragmatism) dictates its own logic. Viewed dispassionately and scientifically, anger, distraction, erroneous decisions, cowardice and various complexes are not blame worthy in the context in which they arise. All those who remain glued to their side of intellection, unaware of the other side, viz. discipline, cannot but act the way they do. It is no accident that countless men and women find themselves under severe emotional stress and mental tension despite all their riches and achievements. Education has failed them but even if educational authorities refuse to give them complete education, they have no cause for despair. As individuals they have a right to take independent decisions and to discriminate between things useful and baneful for them. Let everyone after completing formal education think that what he has gained is mere one percent. For getting the remaining 99% training in self-discipline through the cultivation of the Science of Living is necessary. What good are education and scholarship if they are unaccompanied by the adornment which alone makes life meaningful and completely self-controlled ? Today many big politicians and scientists are engaged in practices that pose a serious threat to humanity, to its very survival. Never before has such madness been witnessed in history. The world has been brought to a point of crisis where it is only a mathematical line that divides life from death. There is a universal feeling of insecurity and fear, even madness. It should be absolutely clear that the only remedy for this pathological state lies in disciplining the self, in other words, in self-restraint. In the scale of values self-discipline or self-restraint occupies the highest place. It is, however, impossible to achieve it without the practice of meditation. All meditational techniques and methods of spiritual development are in fact a means of achieving self-restraint. It should be clearly understood by all that schools and colleges impart knowledge only of the external world, the world of matter and of physical objects. It is truncated knowledge. For making it whole one has to learn the nature and content of the world of consciousness, the psychic world. Every student should devote about a year to the Science of Living for developing self-discipline, after finishing his or her formal education. We have no doubt that if such a plan could be implemented, society would be able to find a lasting and real cure for the maladies in the present-day education.

Jumat, 31 Agustus 2012

Konsep dan Analisis Biaya Pendidikan

Konsep dan Analisis Biaya Pendidikan 1. 1. Secara konseptual efisiensi pendidikan meliputi efisiensi atau disebut juga keefektifan biaya (cost effectiveness), dan efisiensi eksternal atau disebut manfaat biaya (cost benefit). 2. Cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap dan keterampilan. 3.Dalam perhitungan investasi terdapat dua hal penting yaitu (1) Investasi hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar nilai instrinsiknya, (2) nilai guna dari kemampuan. 4.Analisis biaya manfaat (cost benefit analysis) merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam melakukan analisis investasi pendidikan. 5.Metode Analisis biaya manfaat dapat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi. 1.Investasi dibidang pendidikan perlu untuk merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut jenjang dan jenis pendidikan. 2.Analisis tingkat balik (Rates of Return Analysis) ekonomi dari investasi ini diperoleh dengan membandingkan produktivitas dari tenaga kerja terdidik yang biasanya digambarkan oleh profil upah dengan produktivitas tenaga kerja yang tidak terdidik. 3.Nilai investasi pendidikan dapat berbeda bergantung acuannya, apakah acuannya dari sudut pandang masyarakat atau individu. 4.Tidak semua biaya pendidikan ditanggung oleh individu, tetapi sebagian ditanggung oleh masyarakat melalui subsidi pemerintah. 1.Perluasan dan pembatasan pendidikan harus diciptakan bersama, dengan ini dilakukan upaya peningkatan investasi dan relevansi pendidikan secara lebih merata dan meluas dalam berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan. 2.Investasi pendidikan di negara-negara berkembang, dimana kondisi ekonomi sudah relatif maju dengan berbasis perindustrian, maka strategi investasi pendidikan diarahkan untuk memenuhi lapangan dunia kerja. 3.Pengembangan investasi pendidikan perlu dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan. 4.Inventarisasi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasarkan estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam persektif jangka panjang merupakan peluang untuk melakukan investasi pendidikan. Komponen Biaya Pendidikan 1.Peningkatan kegiatan belajar mengajar; 2.Pemeliharaan dan penggantian sarana dan prasarana pendidikan; 3.Peningkatan pembinaan kegiatan siswa; 4.Kesejahteraan; 5.Rumah tangga sekolah; dan 6.Biaya pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pelaporan. 1.Pembinaan tenaga kependidikan 2.Pengadaan alat-alat belajar 3.Pengadaan bahan pelajaran 4.Perawatan 5.Sarana kelas 6.Sarana sekolah 7.Pembinaan siswa 8.Pengelolaan sekolah 1.Prosedur anggaran; 2.Prosedur akuntasi keuangan; 3.Pembelajaran, pergudangan dan pendistribusian; 4.Prosedur investasi; 5.Prosedur pemeriksaan. 1. laju perkembangan pendidikan yang lamban; 2.tuntutan masyarakat adanya perbaikan dalam sistem pendidikan nasional; 3.kebijakan pemerintah untuk menampung semua anak umur 7 – 12 tahun di tingkat pendidikan dasar dan mensukseskan wajib belajar 9 tahun; 4.peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan; 5. keterkaitan dan kepadanan antara pendidikan dengan kebutuhan pembangunan; 6.peningkatan kemampuan dalam menguasai iptek. Pengertian biaya dalam ekonomi adalah pengorbanan-pengorbanan yang dinyatakan dalam bentuk uang, diberikan secara rasional, melekat pada proses produksi, dan tidak dapat dihindarkan. Bila tidak demikian, maka pengeluaran tersebut dikategorikan sebagai pemborosan. Lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan, seperti halnya pada bidang usaha lainnya menghadapi masalah yang sama, yaitu biaya produksi, tetapi ada beberapa kesulitan khusus mengenai penerapan perhitungan biaya ini. J. Hallack mengemukakan tiga macam kesulitan, yaitu berkenaan dengan (1) definisi produksi pendidikan, (2) identifikasi transaksi ekonomi yang berhubungan dengan pendidikan, dan (3) suatu kenyataan bahwa pendidikan mempunyai sifat sebagai pelayanan umum. Biaya pendidikan dapat dikategorikan dalam beberapa cara, antara lain biaya ini dikategorikan atas (1) biaya langsung dan biaya tidak langsung, (2) biaya sosial dan biaya privat, dan (3) biaya moneter dan biaya non-moneter. Dilihat dari luasnya, analisis pengeluaran pendidikan dapat dilakukan secara keseluruhan dan secara mikro. Studi biaya pendidikan secara keseluruhan atau nasional menyangkut (1) biaya pendidikan dan produk domestik bruto, dan (2) unsur-unsur biaya pendidikan. Analisis biaya secara mikro, adalah analisis biaya pada tingkat lembaga, yaitu pada tingkat distrik/yayasan dan pada tingkat satuan pendidikan. Cara-cara Memperkirakan Biaya Pendidikan Ada dua cara untuk memperkirakan biaya pendidikan, yaitu (1) memperkirakan biaya atas dasar sumber-sumber pembiayaan, dan (2) memperkirakan biaya atas dasar laporan dari lembaga-lembaga pendidikan. Cara yang pertama dilakukan dengan cara meneliti laporan dari sumber-sumber pembiayaan pendidikan. Menurut sifatnya sumber-sumber ini dibedakan atas (1) pengeluaran yang menyeluruh, dan (2) pengeluaran menurut status, tingkat, dan sifatnya. Pengeluaran menyeluruh terdiri atas (a) sumber-sumber pemerintah, yang terdiri atas (1) pemerintah pusat, (2) pemerintah daerah, dan (3) bantuan luar negeri. Pengeluaran menurut status dan sifatnya. Menurut statusnya pengeluaran dibedakan atas pengeluaran dari lembaga pendidikan pemerintah dan pengeluaran pendidikan swasta. Kemudian menurut tingkatnya, yaitu TK, SD, SLTP, SLTA (SMU dan SMK), dan perguruan tinggi. Selanjutnya menurut sifatnya pengeluaran dibedakan atas pengeluaran berulang, pengeluaran modal, dan pengeluaran lainnya. Cara yang kedua, ialah menggunakan secara langsung laporan dari lembaga-lembaga pendidikan. Untuk keperluan membuat perkiraan tersebut harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Yang pertama, dan yang terpenting adalah harus ada laporan dari lembaga-lembaga pendidikan. Kedua, laporan tersebut harus dibuat menurut pola standar fungsional yang seragam. Ketiga, laporan harus memperlihatkan keseluruhan biaya operasi dari lembaga tersebut. Pemilihan unit-unit untuk penetapan biaya dilakukan dengan cara menghitung biaya: per lulusan, biaya menurut tingkatan pendidikan, biaya unit per anak didik, rata-rata biaya kehadiran sehari-hari, biaya modal per tempat, biaya rata-rata per kelas, dan biaya berulang rata-rata per pendidik. Proyeksi biaya unit meliputi pembiayaan modal dan biaya berulang. Untuk itu perlu memperkirakan luasnya akibat tujuan kuantitatif dan kualitatif dalam memperhitungkan rata-rata biaya unit berulang untuk tahun yang bersangkutan. Cost Benefit Analysis Rates of Return Analysis Keputusan Investasi Pendidikan Komponen-komponen biaya pendidikan meliputi komponen untuk: Komponen-komponen biaya pendidikan yang memberikan kontribusi terhadap kualitas dan optimalisasi Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah: Komponen-komponen utama manajemen keuangan yang mendukung terlaksananya optimalisasi komponen biaya-biaya pendidikan adalah sebagai berikut: Sumber Dana Pendidikan Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan, namun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai persamaan. Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: Anggaran rutin (DIK); Anggaran pembangunan (DIP); Dana Penunjang Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang dianggap sah oleh semua pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (pasal 33 No. 2 tahun 1989). Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak masyarakat, baik secara perorangan maupun secara melembaga, baik di dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi. Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana, pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS). Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan Pengertian perencanaan pendidikan menurut C.E. Beeby adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam menentukan kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sitem tersebut. Definisi tersebut merupakan demensi baru dalam perencanaan pendidikan. Perbedaan dengan perencanaan klasik ialah dalam hal perhatiannya yang diberikan kepada pertumbuhan ekonomi, pengembangan sumber tenaga kerja dan terhadap perencanaan makro. Pada perencanaan klasik tidak memperhatikan hal tersebut. Perencanaan pendidikan di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijakan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional yang mempertimbangkan kenyataan-kenyataaan yang ada di bidang sosial ekonomi sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional. Perencanaan pendidikan sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk menjadi lebih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan pendidikan akan dapat menolong pencapaian suatu target atau sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Perencanaan dapat membantu pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan diperlukan pengetahuan dan kemampuan dari para pelaksananya, perlu pemahaman fungsi-fungsi manajemen yang lain di antaranya kemampuan mengorganisasikan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan. Tanpa perencanaan yang baik maka pencapaian tujuan pendidikan tidak akan dapat dicapai sesuai harapan. Di Indonesia masalah pendidikan harus ditangani melalui perencanaan yang baik, hal ini dikarenakan: Pendidikan dan Ketenagakerjaan Terjadinya pergeseran strutur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri yang diperkirakan akan berlangsung dalam periode pembangunan jangka panjang 25 tahun kedua yang akan datang, menimbulkan kebutuhan peningkatan kemampuan dan keterampilan seperti yang diperlukan dalam pengembangan sektor industri. Di samping itu mengingat terbatasnya kemampuan dari tenaga kerja yang diduga akan bergeser darai sektor pertanian ke sektor industri skala kecil dan sedang, serta sektor pertanian ke tingkat perkembangannya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Keanekaragaman pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh sektor jasa ini sangat mempengaruhi jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Mengenai perubahan komposisi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan dapat diperoleh gambaran sebagai berikut. Dengan anggapan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen, maka pada akhir pembangunan jangka panjang 25 tahun kedua, diperoleh proporsi tenaga kerja yang berpendidikan dasar sebesar 52 persen dan yang berpendidikan menengah sebesar 32 persen; sedangkan berpendidikan tinggi sebesar 6 persen dan yang tidak berpendidikan sebesar 11 persen. Bila digunakan anggapan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, maka proporsi tenaga kerja yang berpendidikan dasar akan menjadi 52 persen dan yang berpendidikan menengah akan menjadi 34 persen; sedangkan yang berpendidikan tinggi mencapai 8 persen. Untuk mendapatkan proporsi ketenagakerjaan seperti tergambar di atas, maka peranan pendidikan dan latihan menjadi sangat penting bagi Indonesia. Beberapa pendapat menyatakan bahwa keterampilan tersebut harus dihasilkan dalam lembaga pendidikan formal, namun ada pendapat yang menyatakan bahwa keterampilan tersebut dihasilkan di luar lembaga pendidikan formal. Salah satu sudut pandang mengatakan bahwa sektor pendidikan yang berkewajiban menyediakan keterampilan yang diperlukan oleh lapangan kerja. Dengan demikian pendidikan formal di sekolah harus berorientasikan kepada peningkatan keterampilan anak didik. Ini berarti juga penyesuaian kurikulum dan penyediaan program keterampilan di sekolah. Untuk menghindari program latihan bagi setiap perusahaan, dana latihan dari setiap perusahaan dapat dihimpun sehingga menjadi semacam tabungan bersama. Tabungan ini dapat diguanakan untuk mendirikan lembaga yang dapat memberikan pelajaraan mengenai keterampilan-keterampilan yang diperlukan pembangunan. Dengan demikian tidak diperlukan program “on the job training” bagi setiap perusahaan. Sementara pendidikan kejuruan dan politeknik masih diberikan pada pendidikan formal, maka program bersama “on the job training” dapat mendukung pembentukan keterampilan yang diperlukan dalam pembangunan nasional. Pengertian dan Masalah Demografi Demografi dapat diartkan sebagai ilmu yang mempelajari kelompok manusia atau penduduk, oleh karena itu disebut juga itu kependudukan. Pemahaman masalah kependudukan diperlukan pada setiap sektor kegiatan ekonomi, misalnya; bidang pertanian, bidang kesehatan dan terutama bidang pendidikan. Bidang pendidikan menjadikan penduduk sebagai objek pelayanan, yang sepanjang waktu selalu mengalami perubahan, baik mengenai jumlah, komposisi dan penyebarannya. Untuk itu perlu diketahui aspek dinamis kependudukan, terdapat hubungan yang erat sekali antara demografi dengan perencanaan pendidikan. Di Indonesia masalah kependudukan yang harus mendapat perhatian adalah: - jumlah penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi - penyebaran dan kepadatan penduduk yang tidak merata - kualitas penduduk yang perlu ditingkatkan Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh faktor; kematian, kelahiran dan perpindahan. Untuk mengatasi masalah kependudukan dilakukan dengan adanya program keluarga berencana, yang pada prinsipnya mengupayakan keluarga kecil yang sejahtera. Program pendidikan pun tidak kalah penting dalam upaya penanggulangan masalah kependudukan. Karena makin tinggi tingkat pendidikan akan dapat menunda perkawinan, dan kesempatan untuk melahirkan menjadi makin berkurang. Faktor utama dalam pendidikan adalah kemampuan dalam membuat perencanaan, termasuk dalam merencanakan keluarga yang sejahtera. Jadi sasarannya dalam program keluarga berencana adalah bagi mereka yang berpendidikan rendah yang masih beranggapan bahwa masalah kelahiran merupakan masalah takdir yang hanya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menjadi beban setiap usaha pembangunan di segala bidang yang meliputi pendidikan, kesehatan, pangan, pertanian, perhubungan dan pemukiman. Jumlah penduduk yang besar disertai tingkat pertumbuhan yang tinggi menjadi salah satu penghambat dalam perencanan pembangunan pendidikan, karena: - sektor-sektor lain di luar sektor pendidikan juga akan menyerap anggaran, berarti mempengaruhi penyediaan dana untuk pendidikan - sebagian besar penghasilan masyarakat terserap untuk membiayai penduduk muda sehingga mengurangi kemampuan masyarakat membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan Untuk itulah masalah kependudukan harus mendapat perhatian dari pemerintah dan seluruh masyarakat secaraa bersama-sama. Perencanaan Pendidikan Sosial dan Ekonomi Pendidikan dan kehidupan masyarakat saling pengaruh-mempengaruhi. Pendidikan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat, antara lain, keadaan sosial ekonomi; faktor kesenjangan sosial ekonomi akan mempengaruhi strategi dalam perencanaan pendidikan. Pendidikan mempengaruhi kehidupan masyarakat, dengan memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pendidikan akal, budi pekerti dan kerohanian kepada anak didik atau generasi muda secara langsung maupun tidak langsung akan menentukan jenis pekerjaan dan penghidupan di kemudian hari, profesinya akan menempatkan seseorang pada tingkat sosial ekonomi tertentu dan mepengaruhi perkembangan generasi seterusnya. Kegiatan pendidikan pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang maju dan berkepribadian Indonesia. Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tidak berdiri sendiri, oleh karena itu perencanaan pendidikan perlu mengetahui aspek-aspek sosial dan ekonomi yang mempunyai hubungan dan peranan dalam pertumbuhan dan perubahan pendidilkan. Perencanaan regional perlu mempertimbangkan aspek sosiologis seperti kebiasaan, adat istiadat dan kebudayaan serta nilai-nilai budaya masyarakat setempat dan aspek-aspek ekonomi seperti tingkat pendapatan, pola konsumsi, kebiasaan menabung dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dituangkan dalam rencana pendidikan yang dilaksanakan akan mempengaruhi kehidupan sosial dan tingkah laku kelompok masyarakat, oleh karena itu dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek sosiologis yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan, di antaranya: - bagaimana aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, di mana pendidikan dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki mutu kehidupan; - bagaimana mendapatkan pendidikan yang mudah dan murah sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat; - bagaimana mempersiapkan fasilitas pendidikan dan mutu pendidikan yang baik; - bagaimana menghadapi situasi dan aspirasi masyarakat yang selalu bergerak dan berkembang. Pendidikan dapat dipandang sebagaai investasi karena pendidikan yang berhasil akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kemajuan ekonomi mendorong perkembangan pendidikan, dan pendidikan yang maju merupakan salah satu persyaratan untuk perkembangan ekonomi selanjutnya.

Selasa, 28 Agustus 2012

Pengembangan Desain Perencanaan Pendidikan

Pengembangan Desain Perencanaan Pendidikan oleh : Muhammad Ashar Pada dasanya Desain perencanaan pendidikan merupakan bangunan utuh dari pada rencana pendidikan yang terdiri dari barbagai unsur yang terdapat dalam rencana pendidikan itu sendiri, diantaranya adalah model perencanaan itu sendiri, kemudian metode perencanaan, proses perencanaan, dan karakteristik perencanaan. Kesemuannya akan kami jelaskan sebagai berikut; 1. Model Perencanaan Pendidikan Ada beberapa model perencanaan pendidikan, diantaranya sebagai berikut: a. Model komprehensif : model ini dipergunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara menyeluruh. Selain itu model ini juga dijadikan sebagai pedoman dalam menguraikan rencana-rencana yang lebih kusus kearah tujuan yang lebih luas. Perencanaan harus bersifat komprehensif, artinya melihat masalah pendidikan sebagai keseluruhan. Setiap aspek pendidikan perlu mendapatkan perhatian sewajarnya baik formal maupun non formal, baik pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dalam arti yang seluas-luasnya, misalnya mengenai pembiayaan dan sumber-sumbernya, fasilitas pendidikan dan sebagainya. Dan biasanya karena alasan terbatasnya biaya, personel dan fasilitas dan adanya pembinaan secara khusus terhadap satu atau dua aspek yang telah ditentukan dan selalu mengaitkan dengan pengembangan aspek-aspek lain. b. Model Costing (pembiayaan) dan keefektivitasan biaya : model ini digunakan untuk menganalisis proyek dengan kriteria efisiensi dan efektivitas. Dimana dengan model ini diharapkan dapat diketahui proyek mana yang paling layak atau yang terbaik dibandingkan dengan proyek yang lain. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita dan negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya adalah kekurangan biaya. Perencanaan pendidikan bertujuan agar biaya yang sedikit itu diinvestasikan seefisien mungkin, sehingga dapat meminalisir pemborosan pendidikan. c. Model PPBS (Planing, Programming, budgeting system) : sistem perencanaan, pemograman, dan pereencanaan banyak digunakan di pendidikan tinggi negeri. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang komprehensif dan sistimatis yang berusaha menentukan tujuan, mengembangkan program-program untuk dicapai denan menggunakan anggaran yang seefesien dan seefektif mungkin dan mampu menggambrkan kegiatan program jangka panjang. Adapun tujuan utama dari PPBS ini adalah: 1). Menjelaskan dan menguraikan goals dan objectives dari institusi, 2). Klasifikasi daripada pekerjaan-pekerjaan mengenai institusi tersebut dalam arti goals dan objectives, 3). Perbandingan antara biaya dan pengeluaran, 4). Alokasi dari resources pada suatu kegiatan, 5). Spesifikasi daripada output, 6). Explorasi dari beberapa pilihan atau kemungkinan untuk mencapai output yang sama, 7). Proyeksi dari suatu kegiatan melalui program perencanaan jangka panjang, dan 8). Revisi objectives, programms dan budgets berdasarkan suatu pengalaman dan perubahan lingkungan. d. Model target setting : model ini digunakan untuk memperkirakan atau memproyeksi tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. 2. Metode Perencanaan Menurut Smith secara umum ada delapan metode dalam perencanaan pendidikan,5 diantara delapan metode tersebut adalah: a. Metode Analisis sumber-cara-tujuan: metode ini dipakai untuk meneliti sumber sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana ada tiga fktor yang perlu dianalisis antara lain 1) sumber; 2) cara untuk mencapai tujuan, dan tujuan iu sendiri, ketiga faktor ini dikaji secara timbal balik b. Analisis masukan keluaran: Metode ini dipakai untuk mengkaji faktor faktor input pendidikan yang mempengaruhi proses dan akibatnya terhadap keluarannya secara terinterelasi dan interdependensi, metode ini juga digunakan untuk menilai alternatif dalam proses transformasi. c. Analisis ekonometrik : metode ini memakai data empiris, statistik dan teori ekonomi dalam mengukur perubahan dalam hubungannnya dengan ekonomi d. diagram sebab akibat: metode ini digunakan dalam perencanaan yang menggunakan sekuen hiotetik untuk mendapatkan gambara masa depan e. Delphi : metode ini digunakan untuk menentukan sejumlah program, mendapatkan asumsi atau fakta yang melandasi pertimbangan tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai konsensus, yang dimulai dengan memaparkan permasalahan yang bersifat umum kemudian dijabarkan kepada yang lebih kusus untuk dipecahkan masing-masing ahlinya f. Heuristik : metode ini dipakai untuk mendaptkan isu-isu dan mengakomodasi pendapat yang bertentangan. Metode ini didasarkan atas prinsip dan prosedur yang mensistematiskanlangkah-langkah masalah g. Analisis Siklus Kehidupan: metode ini dipakai untuk mengalokasikan sumberdaya dengan memperhatikan siklus kehidupan produksi atau lulusan, proyek pendidikan, program-program pendidikan, dan kegiatan pendidikan. Dalam metode ini memiliki tahapan yang meliputi : 1. Konseptualisasi 2. Spesifikasi 3. Pengembangan prototipe 4. Pengujian dan evaluasi 5. Operasional 6. Produksi atau lulusan h. Analisis Nilai Tambah : Metode ini dipakai untuk mengukur keberhasilan peningkatan lulusan atau pelayanan pendidikan sihingga diperoleh gambaran kontribusi aspek tertentu terhadap aspek lainya. 3. Proses Perencanaan Proses perencanaan pendidikan merupakan gambaran suatu siklus atau lingkaran kegitan perencanaan pendidikan yang berlangsung sepanjang waktu dan berulangkali. Secara umum proses perencanaan pendidikan meliputi sejumlah kegiatan, antara lain: Menurut A.W.P. Guruge mengemukakan ada 6 kelompok tahapan perencanaan pendidikan, yaitu: 1). Pra perencanaan, 2). Perencanaan, 3). Formulasi rencana, 4). Elaborasi rencana, 5). Pelaksanaan rencana, dan 6). Evaluasi, revisi, dan perancangan ulang. Dari hasil diskusi Penataran Perencanaan Pendidikan Tingkat I di Surabaya disimpulkan bahwa proses perencanaan pendidikan meliputi 11 kegiatan, yakni: 1). Pengumpulan dan pengolahan data, 2). Diagnosa/analisis, 3). Perumusan kebijakan, 4). Perkiraan masa depan, 5). Perumusan rencana, 6). Penetapan sasaran, 7). Penghitungan biaya, 8). Perincian rencana, 9). Implementasi rencana, 10). Evaluasi rencana, 11). Revisi rencana. Menurut Banghart dan Trull (1973), perencanaan harus melalui tahap sebagai berikut: 1)..Pendahuluan, 2). Mengidentifikasi permasalahan pendidikan, 3). Analisis area perencanaan pendidikan, 4). Menyusun konsep dan rencana, 5). Menentukan rencana, 6). Penerapan rencana, dan 7). Rencana umpan balik. Menurut Chesswas (1973) ada beberapa proses perencanaan pendidikan sebagai berikut: 1). Menilai kebutuhan akan pendidikan, 2). Merumuskan tujuan dan sasaran pendidikan, 3). Merumuskan kebijakan dan menentukan priorita, 4). Merumuskan proyek dan program, dan 5). Menguji kelayakan. 4. Karakteristik Perencanaan Pendidikan Karakteristik dalam perencanaan pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dalam desain perencanaan pendidikan, hal ini dikarenakan karakteristik pendidikan merupakan sesuatu yang mendasari terbangunnya perencanaan yang baik. Menurut Gaffar (1978) memberikan atau mengidentifikasikan karakteristik perencanaan pendidikan Adalah sebagai berikut:8 (1) Harus mengutamakan nilai-nilai yang bersifat manusiawi (2) Harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal (3) Harus memberikan kesempatan paendidikan yang sama bagi semua peserta didik (4) Harus bersifat komprehesif dan sistematis (5) Harus berorientasi pada pengembangan pembangunan (6) Harus dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis (7) Harus menggunakan sumber daya secermat mungkin (8) Harus berorientasi pada masa yang akan datang (9) Harus kenyal dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak statis tapi dinamis (10) Harus merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan 5. Tujuan perencanaan Secara Umum Kalau boleh menambahkan, di dalam desain perencanaan pendidikan sebetulnya ada unsur yang perlu di masukkan, yaitu tujuan dari pada perencanaan itu sendiri, adapun tujuan dari perencanaan itu sendiri adalah sebagai berikut : Pada umumnya perencanaan pendidikan bertujuan sebagai berikut (1) Strandar pengawasan, yaitu mencocokkan perencanaan dengan pelaksanaan dilapangan (2) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan. (3) Mengetahui siapa yang terlibat (struktur organisasinya, baik kualifikasinya maupun kuantitasnya) (4) Mendapatkan kegiatan yang sistematistermasuk biaya dan kualitas pekerjaan. (5) Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga da waktu. (6) Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan. (7) Menyerasikan dan memadukan beberapa sukegiatan. (8) Mendeteksi hambatan kesulitan yang mungkin ditemukan (9) Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

Senin, 27 Agustus 2012

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN DASAR MEMBACA

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN DASAR MEMBACA Belajar Aktifitas Belajar tidak terlepas yang namanya membaca bahkan kemampuan membaca sangat menentukan kecepatan seorang siswa dalam memahami apa yang mereka pelajari. Dalam arti bukan hanya sekedar bisa membaca melainkan kemampuan memahami isi dari bacaan tersebut. Sehingga semua apa yang mereka baca / pelajari mampu dipahami dengan baik. Kemampuan membaca seseorang timbul karena memiliki minat baca yang baik atau gemar membaca. Dengan minat baca yang baik maka anak-anak akan lebih mudah untuk diajak belajar bahkan nantinya memiliki pembiasaan dan pola belajar yang baik. Namun sebaliknya bila anak-anak minat bacanya kurang maka belajarnya tidak optimal, sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak maksimal. Oleh karena itu, bagaimana supaya anak-anak memiliki minat baca yang baik, yang tentunya semua itu karena adanya pembiasaan dan latihan dengan konsisten. Lalu apa yang harus dilakukan? Ketika putera-puteri kita memasuki usia pra sekolah, sebisa mungkin orang tua berusaha agar mereka memiliki kemampuan membaca dan menulis sedini mungkin. Hal itu dapat kita lakukan disaat masih anak-anak bahkan sebelum mereka mengenal lingkungan sekolah, misalkan pengenalan huruf dan angka dengan menggunakan perangkat yang menarik, beraneka gambar dan warna. Ketertarikan itulah yang harus kita ciptakan dulu, dan selanjutnya kita ajak mereka belajar pengenalan awal membaca huruf maupun angka. Menumbuhkan minat baca kepada anak-anak adalah sesuatu yang sangat penting untuk menunjang aktifitas belajarnya. Seperti pendapat yang disampaikan oleh Kathy Hirsh, PhD, direktur Infant Laboratory Temple University di Ambler, Pennsylvania, " Jika orang tua rajin membacakan buku kepada anak dan kerap melibatkan anak dalam pembicaraan, hal itu bisa membangun perbendaharaan kata dan menumbuhkan kemampuan dasar membaca. " Hal itu berarti orang tua harus menciptakan ketertarikan kepada anak-anak untuk menumbuhkan minat baca sehingga aktifitas belajar, mereka lakukan dengan senang. Maka dari itu ketertarikan yang harus kita kondisikan, misalkan ketika anak-anak sudah mulai tahapan belajar membaca berilah mereka buku cerita bergambar, kita ajak membaca bersama kalau perlu orang tua membaca terlebih dahulu seperti mendongeng dengan menirukan seperti isi cerita bacaan, perubahan intonasi, ekspresi wajah dan gerak sehingga terkesan membaca sangat menyenangkan. Lalu libatkan mereka untuk membahas atau membicarakan dari isi bacaan tersebut guna memahami isi cerita maupun menambah perbendaharaan kosa kata yang belum dimengerti sehingga menumbuhkan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar membaca terus perlu kita tingkatkan, terutama mereka yang mulai memasuki Sekolah Dasar. Dampingi mereka ketika belajar prioritaskan membaca terlebih dahulu untuk semua materi pelajaran bantu mereka memahami isi bacaan terutama untuk kosa kata yang belum mereka pahami. Kalau perlu kita beri contoh bagaimana cara membaca yang benar yang terkait dengan pengucapan dan intonasinya untuk memudahkan memahami isi bacaan. Sehingga semakin mereka memahami isi bacaan semakin tertarik untuk membacanya. Apabila semua usaha itu kita lakukan secara konsisten maka minat baca anak-anak dan kemampuan dasar membaca semakin meningkat. Hal itu berarti juga kemampuan mereka membaca bahasa tulisan dan menyerap materi yang mereka pelajari semakin membaik. Yang tentunya prestasi belajar akan lebih mudah mereka capai.

PUPUKLAH KREATIFITAS ANAK

Kreatif merupakan dambaan setiap orang. Terutama pada anak-anak, setiap Orangtua tidak hanya menginginkan anak-anaknya pandai secara akademis tetapi berharap anak juga memiliki kreatifitas. Kreatifitas itu merupakan nilai tambah bagi seseorang, termasuk bagi anak-anak. Karena anak-anak yang memiliki kreatifitas memiliki peluang lebih terhadap apa yang dicita-citakan oleh anak tersebut. Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock 1978) Dari pendapat ahli di atas maka dapat kita simpulkan pula bahwa kreatifitas merupakan buah pikir, inisiatif dan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh seorang manusia untuk menciptakan sesuatu atau menjadikan sesuatu agar menjadi lebih baik. Tentunya akan sangat membahagiakan sekali jika hal ini dimiliki oleh seorang anak. Banyak sekali hal-hal yang dapat kita amati pada anak untuk melihat kekreatifitasannya yaitu pada perilakunya. Hal ini akan lebih mudah jika kita mengamati itu ketika masih dalam usia kanak-kanak. Salah satu bentuk pengamatan adalah ketika anak sedang bermain, misalkan ketika anak menggambar atau bermain bongkar pasang. Ketika seorang anak menggambar, misalkan menggambar rumah. Pada umumnya anak hanyak akan menggambar rumah dengan genting, jendela dan pintu saja. Ketika Orangtua menjumpai anak-anaknya menggambar demikian, maka yang perlu dilakukan pertama kali adalah memujinya bahwa gambar tersebut sangat bagus. Kemudian Orangtua harus memberikan saran yang sifatnya memberi wawasan untuk mengembangkan gambarnya. Misalkan Orangtua menyarankan agar gambarnya ditambahkan taman, pagar, kolam renang dan lain sebagainya. Tentunya penyampaian saran tersebut dengan bahasa yang halus untuk anak-anak. Hal positif yang didapat jika Orangtua melakukan hal itu adalah anak secara perlahan terbuka wawasannya, kemudian imajinasinya menjadi lebih baik sehingga ketika dia diminta untuk menggambar gambar yang sama, maka gambar selanjutnya pasti lebih kompleks. Hal itu merupakan salah satu bentuk pemupukan kreativitas terhadap anak. Jika hal itu dilakukan secara rutin maka anak akan lebih cepat dalam mengembangkan ide-idenya. Hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh para Orangtua dalam rangka untuk memupuk kreatifitas anak adalah : 1. Memberi kepercayaan kepada Anak Jika anak Anda suka menggambar, maka berilah dia kebebasan untuk menggambar apapun yang disukainya. Jangan memberi komentar negatif tentang gambarnya, tapi berilah pujian pada gambarnya. 2. Menyediakan fasilitas untuk menunjang kreatifitas Anak Agar kreatifitas anak semakin terasah dengan baik, sediakan fasilitas penunjang. Tidak perlu mahal. Misalkan buku gambar, kertas lipat, lem dan pewarna. 3. Memberi pengalaman baru kepada Anak Sesekali anak-anak perlu dikenalkan hal baru untuk mengembangkan ide kreatif anak. Caranya adalah dengan mengajak mereka ke tempat2 baru, misalkan kebun binatang, museum dan perpustakaan. Dengan demikian maka wawasan anak akan semakin luas dan referensi ide semakin banyak.

ANAK BERPRESTASI

Di dunia ini tidak ada orang tua yang tidak menginginkan putera-puterinya menjadi anak yang lebih baik dalam perilakunya, kepercayaan dirinya dan juga prestasinya. Hal tersebut merupakan kebahagiaan mutlak yang diharapkan para orang tua terhadap putera-puterinya. Untuk itu setiap orang tua pasti akan melakukan hal yang terbaik demi melihat putera-puterinya menjadi orang yang membanggakan bagi orang tua. Semua orang tua pastinya juga menyadari bahwa untuk melihat putera-puterinya bisa berprestasi, ada satu proses yang harus dijalani oleh para anak didik. Proses tersebut adalah BELAJAR. Ya, tidak dapat dipungkiri lagi jika belajar adalah syarat mutlak bagi setiap anak agar mampu meraih cita-cita yang didambakannya. Usaha demi usaha sudah pasti dilakukan oleh para orang tua agar putera-puterinya menjadi anak yang lebih baik, bahkan harapan para orang tua adalah putera-puterinya dapat menjadi yang terdepan di lingkungannya. Harapan yang sangat lumrah bagi setiap orang tua, akan tetapi harapan tidak selamanya dapat ditempuh dengan jalan yang mulus. Permasalahan ikut andil dalam perjalanan menjadi anak yang berprestasi, dan sudah menjadi rahasia umum jika permasalahan itu ternyata bersumber dari diri anak masing-masing. Jika BELAJAR adalah syarat mutlak agar anak bisa berprestasi, maka disitu pula banyak terjadi permasalahan yang muncul. Siapa yang akan memungkiri apabila permasalahan yang muncul itu adalah MALAS BELAJAR..?? Saya rasa kebanyakan orang tua setuju jika permasalahan pokok pada seorang anak adalah malas belajar. Mengapa malas belajar itu terjadi pada hampir seluruh anak..?? Sebelum kita mengambil langkah atau solusi bagi putera-puteri kita , alangkah baiknya terlebih dahulu jika para orang tua mengerti apa sebenarnya penyebab anak menjadi malas belajar...?? Perlu diketahui bahwa yang menjadi faktor anak menjadi malas dalam belajar adalah : 1. Kurangnya pembiasaan belajar pada anak. Pembiasaan belajar identik dengan penjadwalan belajar. Hal ini perlu ditanamkan kepada anak agar ke depan anak menjadi paham bahwa belajar merupakan kewajiban dan tanggung jawab seorang anak. 2. Kurangnya atau tidak adanya motivasi yang ditanamkan pada anak. Motivasi sangat diperlukan oleh setiap anak agar mereka dapat bersemangat dalam belajar. Motivasi terbaik adalah motivasi yang diberikan oleh orang terdekat dengan anak, yaitu orang tua. 3. Penanaman cita-cita atau target belajar kepada anak. Hal ini memang terlihat sepele, akan tetapi penanaman cita-cita secara tidak langsung menanamkan kepada seorang anak bahwa untuk mencapai segala sesuatu / harapan itu harus dengan target. 4. Pemberian reward atau penghargaan atau pujian terhadap anak. Reward atau penghargaan tidak harus dengan pemberian hadiah, akan tetapi penghargaan itu dapat diwujudkan dengan memberikan selamat atas prestasi yang diraih oleh sang anak, atau paling tidak adalah dengan mengucapkan "selamat" kepada anak atas prestasi yang diraihnya. 5. Pemenuhan sarana atau fasilitas dalam belajar. Hal ini memang sifatnya sangat relatif, dan pada masing-masing anak pasti berbeda. Tetapi yang paling penting adalah mewujudkan suasana yang nyaman untuk belajar, itu sudah cukup bagi anak. Setiap orang tua pasti telah melakukan usaha untuk mengatasi ke lima permasalahan tersebut di atas. Akan tetapi usaha tersebut ternyata masih belum sesuai dengan harapan orang tua. Mengapa itu bisa terjadi...? Perlu diketahui bahwa pada seorang anak untuk dapat mencapai pada tahapan rajin belajar selain dengan mengusahakan ke lima faktor tersebut menjadi lebih baik, dibutuhkan kualitas potensi dasar otak yang bagus pula. Dengan membaiknya potensi dasar pada seorang anak, maka akan berakibat membaiknya perilaku belajar pada seorang anak. Perilaku belajar yaitu semangat belajar, ketahanan belajar, kemauan untuk belajar, konsentrasi belajar dan lain sebagainya. Ketika perilaku belajar menjadi lebih baik dikarenakan potensi otaknya membaik, maka yang terjadi adalah permasalahan dengan belajar dapat teratasi sehingga para orang tua dapat melihat putera-puterinya menjadi anak yang berprestasi. Terapi Belajar merupakan satu jenis terapi yang akan membantu para orang tua dalam usaha untuk meningkatkan Potensi Dasar seorang anak, sehingga anak mampu untuk berprestasi dan orang tua akan segera berbahagia melihat putera-puterinya menjadi lebih baik. "Mari Bersama Terapi Belajar Kita Wujudkan Putera Puteri Yang Berprestasi dan Berperilaku Baik"

BAKAT ANAK

Anak-anak dengan keahlian tertentu yang dimiliki sejak dia lahir disebut juga dengan bakat. Bakat yang dimiliki oleh setiap anak pasti berbeda-beda, bakat yang dimiliki oleh setiap anak akan sangat berguna jika hal tersebut dapat dimanajemen dengan baik. Tentunya yang berperan dalam memanajemen bakat anak adalah orang tua. Karena orang tua adalah yang memiliki hubungan paling dekat dengan anak. Maka sudah jadi kewajiban bagi orang tua untuk mengasah bakat tersebut. Menurut para ahli (seperti Freeman/1963 maupun Bingham/1968), bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus dan lebih dominan yang dimiliki seseorang, yang dapat berkembang melalui proses pelatihan dan pendidikan intensif. Setiap anak dengan bakat yang dimilikinya merupakan potensi atau kemampuan yang lebih dominan pada anak tersebut. Sehingga ketika dia dihadapkan pada permasalahan yang sesuai dengan bakatnya, maka anak tersebut akan dapat menyelesaikan itu dengan sangat mudah tanpa ada beban yang begitu berarti. Misalkan jika anak memiliki bakat music, maka anak tersebut tidak akan kesulitan untuk mendalami keilmuan tentang music. Mengetahui bahwa bakat merupakan hal khusus yang lebih dominan pada diri seorang anak, maka orang tua harus dapat mengetahui apa bakat yang dimiliki oleh putera-puterinya. Cara untuk mengetahui bakat tersebut tidak terlalu sulit. Orang tua dapat melakukan pengamatan terhadap bakat anak sejak usia balita. Caranya adalah dengan mengamati ketika anak sedang bermain, misalnya : 1. Anak yang hobi corat-coret berpotensi memiliki bakat menggambar 2. Anak yang suka bongkar pasang mainan adalah anak yang berpotensi memiliki bakat otomotif atau elektro 3. Anak yang hobi menyanyi berpotensi memiliki bakat tarik suara 4. Dan masih banyak lagi perilaku-perilaku anak yang menunjukkan bakatnya Mengingat bahwa bakat itu adalah penting sudah seharusnya para orang tua memberikan suatu pelatihan yang sifatnya mengasah bakat anak tersebut. Jika orang tua mengamati anaknya memiliki bakat seni gambar, maka orang tua dapat menyediakan buku gambar, pensil warna dan meja gambar. Selain dukungan materi, dukungan psikologis juga sangat diperlukan. Orang tua harus memberikan semangat kepada putera-puterinya agar terus memperbaiki gambarnya, selain itu orang tua juga dapat memberikan pengarahan tentang pengembangan ide gambar anak. Sani B Hermawan mengatakan, bahwa bakat yang tidak diasah maka bakat tersebut hanya berupa potensi dan bukan berupa prestasi. Lingkungan perlu memberikan kesempatan dan keleluasaan anak untuk memunculkan bakatnya. Begitu pentingnya mengasah bakat anak agar anak-anak dapat berprestasi pada bidang tertentu. Prestasi seseorang tidak hanya dituntut dari sisi akademis, tetapi bakat merupakan investasi paling berharga bagi manusia untuk menunjukkan kemampuan berkaryanya. Teruslah mengasah bakat anak dan capailah prestasi dengan bakat tersebut.

LIFE SKILL



Waktu akan menjadi terlalu berharga apabila Kita hanya mengusahakan kemampuan akademis kepada putera-puteri Kita. Banyak hal di dalam hidup ini yang harus kita pelajari dan kita pahami. Sebagian dari apa yang kita pahami tersebut harus kita kuasai dengan baik. Mengapa demikian ? Karena hidup menghadapkan Kita pada banyak peluang dan banyak kesempatan yang harus dijawab dengan berbagai macam keterampilan dan keahlian yang Kita kuasai. Menguasai suatu keterampilan sudah tentu memerlukan waktu dan ketelatenan. Namun hasil dari berlatih suatu keterampilan itu pasti sangat membantu di dalam menghadapi masa depan nanti. Apalagi bila keterampilan tersebut dapat diasah kepada putera – puteri Kita. Sebagai orangtua yang baik Kita selalu berharap agar masa depan anak – anak Kita lebih baik daripada orangtuanya saat ini. Oleh karenanya, mereka pada saat ini Kita usahakan agar terus belajar dengan tekun dan optimal. 6 hari dalam 1 minggu, anak – anak dituntut untuk belajar akademis secara maksimal. Ada yang belajar dari pagi hari hingga siang hari, namun ada juga yang belajar seharian, mulai dari pagi hingga malam hari. Kebutuhan akan kemampuan akademis yang tinggi tersebut alangkah baiknya apabila diikuti dengan kemampuan – kemampuan yang lain, seperti keterampilan – keterampilan yang memang mereka senangi atau sesuai bakat yang telah orangtua cermati. Misalnya keterampilan dalam bidang seni (menyanyi, menari, berakting, melukis, fotografi), keterampilan dalam bidang olahraga (renang, tenis, bulu tangkis, voli, sepak bola), keterampilan mekanika dan elektronika dan keterampilan dalam bidang lainnya. Mengapa anak – anak harus dikenalkan dan menguasai banyak keterampilan ? Ada beberapa alasan yang melatar-belakangi hal ini, antara lain: 1. Keterampilan tidak menuntut anak pintar berpikir, namun cerdas berpikir. 2. Keterampilan mengajak anak – anak untuk beraktifitas kreatif, tidak sekedar berteori layaknya mereka sedang belajar pelajaran sekolah. 3. Keterampilan melatih anak untuk memiliki reflek yang cepat terhadap suatu keadaan yang sedang mereka hadapi. 4. Berketerampilan mampu melatih kesabaran dan ketelatenan seorang anak, yang berdampak baik pada psikologis mereka. Mengapa demikian? Berketerampilan tidak seperti belajar akademis dimana malam hari belajar, esok paginya sudah hafal. Berketerampilan membutuhkan waktu berminggu – minggu, berbulan – bulan hingga bertahun – tahun untuk menjadi seseorang yang ahli pada bidang tersebut. Sehingga sudah bisa dipastikan bahwa berketerampilan memerlukan konsistensi, keuletan, ketelatenan dan kesabaran. Pembiasaan ini tentunya akan membuat psikologis anak menjadi lebih baik. 5. Keterampilan dapat meningkatkan nilai diri seorang anak. Salah satu reflek alamiah yang dimiliki manusia adalah senang bergaul dengan orang yang tahu dan mengerti banyak hal. Sedangkan orang yang tidak banyak menguasai keahlian cenderung akan diperlakukan sebaliknya. Hal ini juga berlaku di dunia pergaulan anak – anak. Anak yang bisa melakukan banyak hal akan memiliki banyak teman. Dan secara psikologis anak tersebut akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan cenderung untuk memiliki psikologis pemenang. 6. Mampu berketerampilan dapat meningkatkan nilai jual seorang anak ketika mereka dewasa nanti. Banyak kasus yang Kami teliti bahwa terdapat banyak lulusan S1 (strata satu) dengan indeks prestasi yang sangat baik, dan dengan latar belakang prestasi ketika masih SD hingga SMA selalu berada pada peringkat 10 besar ternyata merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan. Hal ini ternyata dikarenakan semenjak kecil hanya dituntut dan diarahkan pada prestasi akademis saja, berketerampilan justru cenderung dihilangkan. 7. Membiasakan berketerampilan adalah suatu perwujudan dari menghargai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Mengapa bisa begitu ? Karena Kita lahir di dunia telah dibekali dengan potensi dan bakat. Dan alangkah senangnya berkah berupa bakat tersebut tidak hanya dimiliki sebagai sesuatu yang biasa, namun Kita bisa melatih / membiasakan bakat tersebut menjadi sesuatu yang luar biasa. Oleh karenanya, segera bekali putera – puteri bapak dan ibu dengan keterampilan yang baik dan berguna di masa yang akan datang. Mulailah dari sekarang, hari ini juga. Apabila bapak dan ibu masih belum tahu bakat atau ketertarikan putera – puteri Anda, segera tanyakan pada mereka. Waktu terus berjalan dan mereka terus tumbuh dewasa. Alangkah baiknya pertumbuhan dan perkembangan kedewasaannya diikuti dengan kemampuan belajar akademik dan kemampuan berketerampilan yang baik. (Indrayana-Terapi Belajar)

Minggu, 26 Agustus 2012

Cara Membuat Sabun Colek (Cream Detergent) Bahan : 1.Marlon 200 gr 2.CMC 25 gr 3.Soda ASH 50 gr 4.STTP 50 gr 5.Caustik soda 15 gr 6.OBA/pemutih 15 gr 7.Air Bersih 1,5 liter 8.Kesumba warna secukupnya 9.Bibit minyak wangi 5 cc 10. Water glass 100 gr Cara Membuat : 1. Masukkan coustik soda dalam 1,5 liter air bersih hangat dilarutkan dan diadukmerata dalam ember plastik 1. 2. Masukkan STTP sedikit demi sedikit kedalam ember 1 tersebut diaduk merata. Masukkan soda ASH dan OBA sedikit-sedikit dan dilarutkan. 3. Ember 2 masukkan Marlon dan CMC diaduk hingga merata 4. Larutan ember 1 dimasukkan kedalam ember 2 diaduk hingga merata 5. bahan 8,9,10 dimasukkan kedalam campuran di atas. 6. jadilah sabun siap pakai Cara membuat Sabun Cuci Piring ei...kawan.. selagi harga barang naik...ngga da salahnya kalo kita berkreativitas yang dapat b'guna dan mbantu meringankan bebean ekonomi kita... nah..yang satu ini buat ibu rumah tangga yang mo nyuci piring ada tips yang kretif bagi anda...he..he..he... bahan : tepol 70cc air bersih 250cc soda ash 25gr Natrium Clorida 15gr pewarna makanan secukupnya Bibit minyak wangi secukupnya nie...cara membuatnya : 1. masukkan bahan no.2 ke tempat tepol, aduk hingga merata. kemudian larutkan lagi bahan no.3 serta aduk hingga bahan-bahan tersebut merata dan mencampur. 2.bahan no.5 dan no.6 kita masukkan kedalam larutan tersebut diatas. 3.masukkan bahan no.4 sedikit demi sedikit. bila pengadukan sudah terasa berat aduk terus sebab dengan itu larutan akan menjadi cair dan siap pakai.

Cara Membuat Sabun Mandi

Cara Membuat Sabun Mandi Sabun susu sapi mempersembahkan: Membuat sabun mandi sendiri ternyata lebih asik dan jauh lebih bermanfaat daripada membeli sabun mandi di pasaran, sebab dengan membuat sabun sendiri, kita tahu apa saja kandungan yang ada dalam sabun tersebut. Sabun mandi yang biasa kita pakai atau banyak di pasaran memakai bahan dasar SLS (Sodium Lauryl Sulfate). SLS ini adalah bahan yang dipakai untuk membuat detergent. SLS disebut juga surfactant (agen pembersih). Faktanya SLS juga dipakai untuk bahan pembersih lantai. Kenapa pakai SLS? karena produsen bisa membuat sabun dengan harga yang murah. Sabun natural mengandung gliserin alami yang sangat bermanfaat untuk menjaga kelembaban kulit, mencegah kulit menjadi kering. Anda tidak perlu memakai hand body lotion lagi, karena dengan memakai sabun natural kulit halus sepanjang hari. * info dari http://heniez.multiply.com/journal/item/14 Cara Membuat Sabun Mandi akan diterangkan sebagai berikut: **sumber dari http://ketrampilanhomeindustry.blogspot.com/2008/12/cara-membuat-sabun-mandi.html Bahan-Bahan yang dibutuhkan : 1. Minyak atau Lemak – Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Contoh: Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai… 2. NaOH / KOH – Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun mandi. 3. Air – Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus, banyak mengandung mineral. 4. Essential dan Fragrance Oils – Sebagai pengharum. 5. Pewarna – Untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan. 6. Zat Aditif – Rempah, herbal, talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”. Alat-alat yang dibutuhkan : 1. Sebuah masker sederhana - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja. 2. Kacamata - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja. 3. Sepasang sarung tangan karet - Dipakai selama pembuatan sabun. 4. Botol plastik - Untuk wadah air. 5. Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram). 6. Kantong plastik kecil - Untuk menimbang NaOH/KOH. 7. Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen - Untuk menuangkan NaOH / KOH dan mengaduknya. 8. Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan NaOH/KOH dengan air. 9. Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak. 10. Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun. 11. Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan. 12. Cetakan. 13. Blender dengan tutupnya. 14. Kain - Untuk menutup blender. Cara pembuatan : Siapkan cetakan. Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki plastik yang dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang cukup untuk menampung semua hasil pembuatan sabun. Cetakan: Untuk cetakan anda bisa menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik tipis, bahkan pipa PVC bisa dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik yang diikat dengan karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil sabun. Setelah mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan menghasilkan sabun yang bulat. Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih. Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender. Hati hati tuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

Cara Membuat Sabun Mandi

Cara Membuat Sabun Mandi Peluang usaha modal kecil yang sangat prospektif dan mudah kami hadirkan disini, bisnis terbaru cocok untuk sampingan di rumahan dan online Cara Membuat Sabun Mandi Bahannya : 1. NaOH 38 Be (Caustik Soda) 160 cc 2. Susu murni 25 cc 3. Minyak kelapa 50 cc 4. Minyak lemak sapi 50 cc 5. Minyak serai 15cc 6. Bibit minyak wangi 15 cc 7. Bahan warna secukupnya Cara membuatnya : a. Larutan NaOH 38 Be, dicampurkan dengan susu murni ke dalam tempat yang tidak terbuat dari bahan aluminium, b. Minyak kelapa dilarutkan dengan minyak lemak sapi yang sudah dicairkan kemudian diaduk hingga mengental. c. Hasil percampuran a, yang sudah mengental dilarutkan pada hasil b sambil diaduk hingga mengental. d. Apabila sudah mengental, minyak serai, bahan warna dan bibit minyak wangi dilarutkan pada percampuran tersebut di atas. Kemudian diaduk sekali lagi supaya betul-betul merata. Catatan : Untuk mengetahui kadar pada Caustic Soda / NaOH 38 Be yang akan kita buat sabun yaitu dengan alat Beaume Meter/Be, oleh karena alat ini hanya dimiliki oleh laboratorium yang memproses tentang kadar caustic, jadi sebagai perbandingan yang sudah dipraktekkan oleh penyusun dan kawan-kawan, tiap 450 gram caustis soda dilarutkan air 1 liter hasilnya ini diukur dengan Beaume Meter akan menunjukkan kadar 38 derajad Be. Dalam hal ini setiap pembaca yang mempraktekkan tidak akan mengalami kesulitan. Dalam pembuatan sabun ada yang berukuran 36 atau 40 derajat

Cara Mendapatkan Modal untuk Usaha Kecil Menengah

Cara Mendapatkan Modal untuk Usaha Kecil Menengah "Dalam menjalankan sebuah usaha, salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan adalah modal. Jika kita ibaratkan memulai usaha dengan membangun sebuah rumah, maka adanya modal menjadi bagian pondasi dari rumah yang akan dibangun. Semakin kuat pondasi yang dibuat, maka semakin kokoh pula rumah yang Anda bangun." Terbit 21 Desember 2010 Dibaca 36,548 kali Komentar 98 Komentar Kategori: Berita-Info Bisnis Ide Bisnis: bisnis kecil, bisnis modal kecil, bisnis murah, modal usaha, Peluang Bisnis, peluang bisnis kecil, peluang usaha, peluang usaha kecil, usaha kecil, usaha kecil menengah, usaha modal kecil, usaha yang menguntungkan Peluang Lebar Bisnis Untuk Wanita ilustrasi modal usaha 156x200 Cara Mendapatkan Modal untuk Usaha Kecil MenengahDalam menjalankan sebuah usaha, salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan adalah modal. Jika kita ibaratkan memulai usaha dengan membangun sebuah rumah, maka adanya modal menjadi bagian pondasi dari rumah yang akan dibangun. Semakin kuat pondasi yang dibuat, maka semakin kokoh pula rumah yang Anda bangun. Begitu juga pengaruh modal terhadap sebuah bisnis, keberadaannya menjadi pondasi awal bisnis yang akan Anda bangun. Beberapa modal yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis, antara lain tekad, pengalaman, keberanian, pengetahuan, networking, serta modal uang atau aset. Namun dari beberapa modal yang dibutuhkan, kebanyakan orang terhambat memulai usaha karena mereka sulit untuk mendapatkan modal uang atau aset. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan membahas informasi mengenai cara mendapatkan modal untuk usaha kecil menengah. Ada beberapa alternatif yang dapat Anda gunakan untuk mendapatkan dana usaha, berikut informasi selengkapnya : 1. Dana sendiri Pertama Anda bisa memperoleh modal usaha dengan menggunakan dana Anda sendiri. Misalnya saja dengan menggunakan dana simpanan yang sudah Anda tabung selama ini. Jika masih kurang, Anda juga bisa menutupi kekurangan dana tersebut dengan menjual sebagian aset berharga yang Anda miliki saat ini. Tidak ada salahnya kan, jika Anda sedikit berkorban untuk kesuksesan bisnis Anda? Anggap saja Anda sedang berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, setelah usaha Anda berhasil berjalan. 2. Mencari Dana Hibah ilustrasi penghitungan modal usaha 250x187 Cara Mendapatkan Modal untuk Usaha Kecil MenengahCara yang kedua yaitu bisa saja kita manfaatkan dana-dana pihak ketiga, dalam hal ini pihak pemerintah atau pihak swasta. Sebagaimana kita tahu, untuk beberapa perusahaan-perusahaan besar dana hibah ini disalurkan melalui Divisi CSR-nya (Corporate Social Responsibility). Dalam hal ini perusahaan-perusahaan tersebut bisanya memiliki budget atau anggaran dana tersendiri dalam membangun perekonomian masyarakat disekitar perusahaan atau masyarakat secara umum. untuk teknis penyaluran dananya biasanya melalui event-event competition. Oleh karena itu, bisa jadi melalui event-event tersebut dapat menjadi salah satu solusi bagi Anda untuk mendapatkan tambahan dana bagi kelangsungan usaha Anda. 3. Menjalin kerjasama Cara yang ketiga ini yang sekarang banyak dijalankan, yaitu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak tertentu. Seperti bekerjasama dengan teman, atau bisa juga menawarkan kerjasama dengan para investor. Yang perlu diperhatikan dalam menawarkan kerjasama, Anda harus meyakinkan rekan Anda mengenai prospek bisnis yang akan dibangun. Anda bisa menggunakan proposal bisnis, untuk meyakinkan calon investor Anda. Berikan pula keterangan mengenai berapa persen pembagian hasil antara investor dan pelaku usaha, sehingga kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Bila perlu buat perjanjian hitam diatas putih, untuk mengantisipasi bila terjadi sesuatu dikemudian hari. Setelah mengetahui beberapa cara untuk mendapatkan modal usaha, semoga bisa membantu Anda dalam mengatasi permasalahan modal yang selama ini menjadi salah satu kendala usaha. Selalu ada jalan, jika Anda berani mencoba segala peluang yang ada. Selamat mencoba dan salam sukses.