CERMIN DIRI BAGI GURU
OLEH : Muhammad Ashar
Guru hebat suka bercermin , Dia Melihat dan
bertanya ,apakah dirinya layak menjadi teladan bagi muridnya ? artinya teladan
dalam semua aspek baik kejujuran, amanah, kemampuan menyampaikan ilmu dan
teladan tentang kecerdasannya . Keempat aspek diatas menjadi tolak ukur apakah
guru Ideal atau tidak bagi muridnya.
Kejujuran sangat penting, jika
guru jujur , maka apapun yang diucapkan ,murid tak ragu . Semua perintahnya
diturutinya . Kepercayaan (trust) tidak bisa di tawar . Tak berlebihan jika
dikayakan sebagai mahkota . Bisa dibayangkan ,susahnya guru meyakinkan murid
kalau trust hilang darinya.
Cermin berikutnya , apakah guru
bisa bersikap bijak kepada muridnya . Guru bijak selalu mampu mengendalikan
emosi ,tampil baik didepan siswa . Dia bisa memposisikan diri secara tepat
kapan menjadi orang tua, kapan menjadi guru ,kakak,dan kapan menjadi teman bagi
muridnya.Sikap ini akan mampu menjadikan guru selalu berwibawa.
Guru bijak selalu berhati-hati
menegur siswa .Dia berupaya mengingatkan muridnya yang salah tanpa harus
mempermalukannya di depan murid yang lain .Ucapan guru bijak akan dikenang
sepanjang hayat .Dia tidak pelit pujian dan tidak obral cacian .Guru Bijak
tidak suka marah.Ia sadar bahwa marah tidak menyelesaikan masalah. Sebaliknya
marah menjadi pintu masuk datangnya kebencian murid pada guru.
Cermin selanjutnya guru adalah
motivator ulung .Ucapannya menjadikan murid selalu bersemangat . seperti guru
dalam Film Lasykar Pelagi . Mereka mampu meyakinkan siswa . Kalau menjelaskan
tentang Nabi Nuh murid seolah merasa berada di Zaman Nabi Nuh yang gelisah
karena akan datang musibah air bah. Ketika guru menerangkan Perang Diponegoro siswa mempunyai kesan yang
konkrit tentang suasana peperangan sehingga seolah ada disana.
Begitulah kemampuan guru dalam
memotivasi murid menjadikan muridnya sukses itulah kemampuan yang perlu
dimiliki guru. Kemampuan memotivasi perlu dikembangkan agar siswa bersemangat
mengembangkan potensi diri.
Cermin lain ,guru tidak pilih
kasih kepada siswa , ada kecendrungan, guru lebih memperhatikan anak yang
pandai sehingga anak yang kemampuannya rendah terasa tersisih , Sikap ini
seperti ini boleh saja asal tidak terlalu menjolok . Untuk mengurangi sikap
pilih kasih saat kenaikan kelas guru member penghargaan kepada siswa beragam
katagori agar setiap murid kebagian hadiah.
Misalnya , di masing-masing kelas
ada katagori juara Kelas I,II, dan III ada katagori siswa yang banyak paling temannya
,siswa yang paling peduli kebersihan, paling rajin, paling penurut, paling
rajin bertanya, paling rajin mengerjakan PR, paling sopan, paling disegani,
paling dan paling ….. lainnya.
Dengan demikian setiap anak,
setiap anak merasa punya kelebihan dan mersa mendapat penghormatan atas
kelebihan dirinya.
Guru Juga perlu bercermin diri,
bagaimana cara memberi perintah kepada siswa. Apakah menyenangkan atau
menyebalkan . Biasakan memulai perintah dengan cara minta tolong sehingga murid
tidak merasa di perintah. Minta Tolong Bersihkan kelas ya nak…., di banding dengan
kalimat berikut ini . ” Bersihkan kelasmu ya….” . Padahal kedua kalimat ini
sama-sama memerintah tapi ada kesan lain .
Sebaliknya dalam memberi teguran
dilakukan secara bijak . Bapak/ Ibu senang kalau adik lebih rajin …. (ditujukan kepada siswa yang
malas masuk sekolah ) lukisan ini akan lebih indah kalau warna putihnya tidak
terlalu tebal . Itu artinya lukisan tersebut jelek . Mengapa kemarin tidak
masuk nak …. Ada kesibukan ya ? kalimat
kasarnya berbunyi ,” Mengapa kemarin Membolos
?”
Guru yang suka memperbaiki dan
koreksi diri menyebabkan anak senang kepadanya sehingga diidolakan. Inilah
pengikat hati anak didik sehingga betah menerima pelajaran yang disampaikan .
Penulis :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar