Jumat, 12 Desember 2014

CERMIN DIRI BAGI GURU




CERMIN DIRI BAGI GURU

OLEH : Muhammad Ashar 

Guru  hebat suka bercermin , Dia Melihat dan bertanya ,apakah dirinya layak menjadi teladan bagi muridnya ? artinya teladan dalam semua aspek baik kejujuran, amanah, kemampuan menyampaikan ilmu dan teladan tentang kecerdasannya . Keempat aspek diatas menjadi tolak ukur apakah guru Ideal atau tidak bagi muridnya.
Kejujuran sangat penting, jika guru jujur , maka apapun yang diucapkan ,murid tak ragu . Semua perintahnya diturutinya . Kepercayaan (trust) tidak bisa di tawar . Tak berlebihan jika dikayakan sebagai mahkota . Bisa dibayangkan ,susahnya guru meyakinkan murid kalau trust hilang darinya.
Cermin berikutnya , apakah guru bisa bersikap bijak kepada muridnya . Guru bijak selalu mampu mengendalikan emosi ,tampil baik didepan siswa . Dia bisa memposisikan diri secara tepat kapan menjadi orang tua, kapan menjadi guru ,kakak,dan kapan menjadi teman bagi muridnya.Sikap ini akan mampu menjadikan guru selalu berwibawa.
Guru bijak selalu berhati-hati menegur siswa .Dia berupaya mengingatkan muridnya yang salah tanpa harus mempermalukannya di depan murid yang lain .Ucapan guru bijak akan dikenang sepanjang hayat .Dia tidak pelit pujian dan tidak obral cacian .Guru Bijak tidak suka marah.Ia sadar bahwa marah tidak menyelesaikan masalah. Sebaliknya marah menjadi pintu masuk datangnya kebencian murid pada guru.
Cermin selanjutnya guru adalah motivator ulung .Ucapannya menjadikan murid selalu bersemangat . seperti guru dalam Film Lasykar Pelagi . Mereka mampu meyakinkan siswa . Kalau menjelaskan tentang Nabi Nuh murid seolah merasa berada di Zaman Nabi Nuh yang gelisah karena akan datang musibah air bah. Ketika guru menerangkan  Perang Diponegoro siswa mempunyai kesan yang konkrit tentang suasana peperangan sehingga seolah ada disana.
Begitulah kemampuan guru dalam memotivasi murid menjadikan muridnya sukses itulah kemampuan yang perlu dimiliki guru. Kemampuan memotivasi perlu dikembangkan agar siswa bersemangat mengembangkan potensi diri.
Cermin lain ,guru tidak pilih kasih kepada siswa , ada kecendrungan, guru lebih memperhatikan anak yang pandai sehingga anak yang kemampuannya rendah terasa tersisih , Sikap ini seperti ini boleh saja asal tidak terlalu menjolok . Untuk mengurangi sikap pilih kasih saat kenaikan kelas guru member penghargaan kepada siswa beragam katagori agar setiap murid kebagian hadiah.
Misalnya , di masing-masing kelas ada katagori juara Kelas I,II, dan III ada katagori siswa yang banyak paling temannya ,siswa yang paling peduli kebersihan, paling rajin, paling penurut, paling rajin bertanya, paling rajin mengerjakan PR, paling sopan, paling disegani, paling  dan paling ….. lainnya.
Dengan demikian setiap anak, setiap anak merasa punya kelebihan dan mersa mendapat penghormatan atas kelebihan dirinya.
Guru Juga perlu bercermin diri, bagaimana cara memberi perintah kepada siswa. Apakah menyenangkan atau menyebalkan . Biasakan memulai perintah dengan cara minta tolong sehingga murid tidak merasa di perintah. Minta Tolong Bersihkan kelas ya nak…., di banding dengan kalimat berikut ini . ” Bersihkan kelasmu ya….” . Padahal kedua kalimat ini sama-sama memerintah tapi ada kesan lain .
Sebaliknya dalam memberi teguran dilakukan secara bijak . Bapak/ Ibu senang kalau adik  lebih rajin …. (ditujukan kepada siswa yang malas masuk sekolah ) lukisan ini akan lebih indah kalau warna putihnya tidak terlalu tebal . Itu artinya lukisan tersebut jelek . Mengapa kemarin tidak masuk nak …. Ada kesibukan  ya ? kalimat kasarnya berbunyi ,” Mengapa kemarin Membolos  ?”
Guru yang suka memperbaiki dan koreksi diri menyebabkan anak senang kepadanya sehingga diidolakan. Inilah pengikat hati anak didik sehingga betah menerima pelajaran yang disampaikan .

Penulis :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar